Pages

Kamis, 25 Juni 2015

Serunya Festival Danau Sentani 2015


Hello blogger! We all know that Indonesia is a supeeeeerr-beautiful country. Banyak banget pemandangan alam yang sebenernya masih bisa terus kita explore. Jadi gak perlu lah kita jauh-jauh keluar negeri buat liburan. Cukup di Indonesia, kita udah bisa dipuasin sama pemandangan yang stunning di sini.
Kali ini gue pengen bahas soal Danau Sentani di Papua sono. Pernah denger kan? Danau Sentani ini katanya danau paling indah dan udah diakuin juga oleh internasional. Ada pernah ke sana? Hehhehe GUE UDAAAH! *sombong*
Terus pernah denger juga gak sih Festival Danau Sentani? Festival kebudayaan yang diselenggarain di Dermaga Sentani, Distrik Sentani Timur, Papua ini adalah acara tahunan yang digelar dari tahun 2007. Acara yang bertujuan buat ngegali potensi wisata Papua ini, mamerin perpaduan keindahan alam dan seni budaya Papua demingegerakkin sektor ekonomi kreatif di sanaDalam acara ini, kita diajak buat nyaksiin langsung keindahan alam dan keunikan budaya Papua yang autentik dan bernilai tinggi.
Nah, tahun ini Festival Danau Sentani ngangkat tema "Budayaku Sejahteraku" yang merupakan ekspresi dan kecintaan buat sesama manusia melalui budaya. Acara yang dibuka langsung sama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini nampilinpertunjukan seni tari dan musik tradisional, pameran kuliner tradisionalkerajinan rakyatyang didalemnya ada pameran benda-benda budaya, kerajinan batu cycloops, aksesoris, literatur budaya sama hasil-hasil pembangunan.  
Epss, masih ada yang lebih menarik nih di dalam acara Festival Danau Sentani ini, yaitu adanya pemecahan Rekor MURI untuk tebar benih ikan nila 1 juta ekor , kerja bakti massal 10.000 orang, pembersihan Danau Sentani dan yang paling serunya adalah iring-iringan tarian di atas perahu (isolo) dari perwakilan 24 kampung di Danau Sentani. Kebayang gak sih ramenya acara ini!
Oh iya, acara ini juga didukung sama perusahaan tambang di sana, Freeport. Freeport lewat program CSR-nya “Bersama Untuk Indonesia” ngasih dukungan penuh buat acara ini sampe akhirnya acara ini sukses terlaksana. Dalam boothnya, Freeport Indonesia memperkenalkan pilar-pilar kebersamaan yang meliputi Indonesia Beragam, Indonesia Berprestasi, Indonesia Mandiri dan Indonesia Sehat kepada para pengunjungnya yang  beberapa diantaranya itu Bupati Jayapura, pejabat Pemprov Papua dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Hmmm...
Gimana? Udah pengen ke Sentani belum? Jangan lewatin event ini taun depan ya!

Kamis, 04 Juni 2015

Limbah Bukan Penghalang Asa! Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Pernah denger soal kawasan MP21 Freeport? Kawasan ini dulunya tempat pembuangan pasir sisa tambang (tailing). Sekarang, tempat ini udah ditumbuhi sama berbagai tanaman produktif yang didalemnya ada berbagai jenis tanaman, kayak kopi, coklat, lada, duku dan salak. Selain itu, ada juga beberapa tanaman endemik hingga pertanian organik. PT Freeport Indonesia melakukan reklamasi lahan tailing seluas 600 hektar dan targetnya itu nanam tumbuhan seluas 12 hektar di setiap tahunnya. Banyak dan luas banget kan?

Kata orang-orang sih, tailing itu berbahaya, beracun, ga bermanfaat! Toh buktinya di MP-21, lahan bekas endapan ini bisa jadi wadah atau bahkan daerah yang bermanfaat. Ada perkebunan (gue udah coba buah-buahannya, kaya melon, jambu sama tomat dan ehmm segeerr semua!), perikanan, bunga-bungaan, semua ada deh. Buah-buahannya ga kalah enak sama buah di Taman Mekar Sari, Bogor.


Ada kabar gembira lainnya, waktu keliling timika bapak gue nunjukin kantor bupati timika ternyata WOW!! Itu juga dibangun dari tailing. Nah sekarang siapa yang bilang limbah itu ga bermanfaat. Mumpung sekarang memperingati hari lingkungan hidup sedunia, ga bakal ngehalain kita untuk berkreasi memanfaatkan limbah kan?

Oh life...

Another gate has open
Another step must taken
The gate that have so many doors that'll lead you to the place you crave so much
The step that will flatter even stumble to praise what will you become
Another choice need to be made
Another risks need to be faced
Oh life.. This is not even a half of what I have to face next. But so much energy you already take
No sleep could recharge what was lost
No hands could bring u back to the save place anymore
The sleep, the hands.. They're going to be something unrecognizable..
Something u fear the most.. Something you should crave the most.. No longer sleep needed. Only the memory of the dream we will hold..
No longer visible hands we granted.. But the invisible one that awaited.



By: Yessi O.

Kamis, 21 Mei 2015

Coffe-addict Masuk!



Hooray.. Gue dapet kiriman lagi dari Papua! Paket kali ini beda, isinya bukan abon gulung, coklat ataupun batik Papua, tapi kopi. “Amungme Gold Coffee”, masih dibungkus tebel dan gak kebuka sama sekali tapi wangi kopinya udah kecium banget. Setelah gue cari tau soal kopi ini, gue baru tau kalo kopi ini ditanam di perbukitan Papua dan diolah langsung sama masyarakat sekitar sana. Produksi kopi ini ada dibawah pendampingan SLD (Social Local Development) PTFI sebagai salah satu bentuk CSR mereka.

Karena rasanya yang enaaaak, akhirnya penggemar kopi ini makin banyak dan produksinya terus meningkat. Hal ini juga gak lepas dari pendampingan SLD PTFI yang melalui programnya yaitu Highland Agriculture Development (HAD) yang bergerak terus untuk meningkatkan kelompok usaha tani ini jadi usaha mandiri. Sekarang ini, udah ada dua cabang koperasi Amungme Gold yaitu di Tsinga dan Hoeya beranggotakan 109 orang petani kopi dengan luas lahan kebun kopi yang dikelola  sekitar 42 hektare tersebar di empat wilayah dataran Tinggi (Tsinga, Aroanop, Opitawak dan Hoeya).

Koperasi ini punya beberapa tujuan mulia buat masyarakat sekitar, yaitu  membangun tatanan perekonomian untuk mewujudkan masyarakat maju, adil dan makmur, Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota koperasi, Memberikan pelayanan pinjaman dengan bunga murah, tepat dan cepat serta mendidik anggota untuk dapat menggunakan uang dengan bijaksana dan produktif.

Hasil gue searching sih, koperasi ini sekarang udah jadi tumpuan pengembangan ekonomi kerakyatan buat daerah perkebunan kopi itu. Bahkan sekarang ini udah ada sekitar 15.000 pohon produktif yang ngehasilin rata-rata  800 kg parchment per tahun.

Well, bagi kalian yang ngaku coffee-addict rasanya mesti nyoba deh ini kopi asli Papua, karena selain wangi kopinya yang bener-bener tajem, rasanya juga oke :))


Reference: http://ptfi.co.id/id/media/news/amungme-gold-cooperative-from-the-people-for-the-people

Senin, 27 April 2015

Fasilitas Internasional di Ujung Timur Indonesia



Kini, warga Papua akan segera mempunyai fasilitas olahraga baru berstandar internasional bernama Mimika Sport Complex (MSC) yang berlokasi di Kampung Limau Asri-SP5, Timika, Papua. Bangunan yang dibangun di atas lahan seluas 25 hektare ini nantinya akan menjadi salah satu fasilitas utama penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Papua dan pembangunannya baru rampung pada Desember 2015.
            Mimika Sport Complex terletak tepat di depan Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM), di dalamnya mencakup stadion atletik, track 400m, tribun timur dan barat, stadion indoor, asrama atlet putra dan putri, track pemanasan 150m, bangunan utilitas, kolam penampungan air, hingga pusat pertokoan.
            Semua fasilitas ini nantinya akan dikelola secara profesional oleh PT Freeport Indonesia, salah satu perwakilan dari Freeport menyatakan "PT Freeport Indonesia sedang menyiapkan satu gugus tugas bersama Pemkab Mimika dan KONI untuk merawat dan memelihara fasilitas MSC, apakah bentuknya melalui sebuah yayasan atau badan usaha milik daerah. Melalui pemeliharaan yang baik, fasilitas ini bisa menjadi salah satu yang terbaik di Papua untuk mendukung suksesnya PON 2020." Ujar , Deny Hudijana selaku Senior Manajer LL Infrastructure PT Freeport kepada Antara di Timika, Jumat.
            Selain itu, dalam rangka menjaga dan merawat MSC, Deny juga mengatakan untuk kedepannya akan diundang beberapa ahli yang berpengalaman untuk mengelola fasilitas MSC agar kondisinya tetap terawat hingga penyelenggaraan PON 2020. "Kami juga sudah melakukan studi banding ke Senayan dan tempat-tempat lain untuk mempelajari bagaimana kiat mereka mengelola fasilitas seperti ini sehingga tetap terawat secara baik," jelasnya.
          Pembangunan MSC didukung sepenuhnya oleh PT Freeport, untuk itu, Yopi Kilangin selaku Ketua Umum KONI dan tokoh masyarakat Mimika menghimbau kepada semua pihak di Kabupaten ini, dapat terus mendukung PT Freeport Indonesia beroperasi secara lancar agar pembangunan MSC dapat terealisasi sesuai target waktunya. Semoga dengan adanya fasilitas ini, Papua banyak melahirkan atlit-atlit baru yang bisa mengharumkan nama Indonesia, khususnya Papua.  

Source:

Jumat, 17 April 2015

INSTITUT PERTAMBANGAN NEMANGKAWI UNTUK PAPUA










Berawal dari keinginan untuk memberdayakan masyarakat lokal di wilayah sekitar daerah operasi PT Freeport Indonesia (PTFI) maka dibangunlah Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN). Sekolah tersebut dikelola oleh Departemen Quality Management Services (QMS) PTFI.

Sekolah tersebut berdiri di lokasi seluas 6 ha di kawasan Light Industrial Park (LIP), Kuala Kencana. IPN dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas kelas dunia, seperti sepuluh simulator untuk truk Caterpilar dan Western Star, tiga area simulasi  tambang bawah tanah yang dilengkapi fasilitas untuk hauling, loading, dumping, ventilasi dan jackleg. Untuk masalah staff pengajar memiliki lebih dari 300 instruktur yang terakreditasi secara internasional.

IPN merupakan sebuah sekolah yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga-tenaga terampil dan kompeten di sektor pertambangan. Sejak  2003, IPN telah melatih 425 mekanik alat berat, lebih dari 540 operator alat berat, dan lebih dari 500 pekerja tambang bawah tanah. IPN memiliki sejumlah program pelatihan dan pendidikan, yaitu program Pra-Magang, Program Pemagangan, Program Pendidikan Orang Dewasa, Program Master of Business Administration (MBA), Program Administrasi Niaga D-3 dan Program Pelatihan dan Pengembangan Karyawan PTFI.

Salah satu kisah sukses datang dari Elias Bidaugi Pigome atau lebih dikenal dengan EPI. Di kala itu dia adalah kandidat pra-magang di IPN. Setelah mengabdi sebagai pra magang di bagian Administrasi selama beberapa tahun akhirnya dia bekerja sebagai karyawan tetap di PTFI bahkan tahun 2007, akhirnya EPI berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Teknik Geologi Trisakti atas beasiswa PTFI dan berhasil lulus pada awal Mei 2013 silam.


Source:

https://adityadicky.wordpress.com/category/uncategorized/page/9/
http://ptfi.co.id/id/media/news/earnestness-brings-skill

Selasa, 07 April 2015

LIRIH

Malam ini terasa begitu tidak biasa. Lebih dingin serta suram. Aku tetap melangkah melanjutkan perjalanan hari ini. Perjalanan lelah akibat rutinitas yang begitu-gitu saja. Samar-samar terdengar suara sirine mobil polisi dari kejauhan ditambah hiruk pikuk desisan warga yang panik dan takut. Aku langsung mendekap erat tas milikku yang berisikan banyak benda berharga. Akhir-akhir ini sering banyak kasus pembunuhan serta penjambretan di kota besar. Bulu kudukku langsung merinding mengingat begitu banyak orang hilang di sebuah universitas. Kejahatan kini sudah tidak bisa di prediksi berada di mana saja: tidak lagi di jalan besar, tidak lagi di kala malam hari, tidak lagi di gang-gang sempit tetapi dapat dimana saja dan kapan saja.
Suara sepatu hig heels 5 cm ku terdengar memecah hening lorong gang sempit ini. Gang ini terlalu sepi bahkan tidak biasanya seperti ini. Biasanya banyak laki-laki pemabuk maupun wanita menjajakan diri berkeliaran disini tetapi sekarang hanya ada angin dan nyamuk serta binatang kotor di gorong-gorong yang menemani langkahku berjalan. Aku terdiam dan sempat melihat ke belakang, merasa diikuti adalah kebiasan yang dialami oleh banyak orang yang berjalan sendirian. Aku menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Dadaku yang perlahan naik kemudian turun mengikuti irama desahan napas. Aku memegang rambutku yang baru saja dipotong pendek sebatas leher lalu perlahan menyentuh belakang leherku. Tiba-tiba saja suasana terasa begitu dingin.
Aku bergidik ngeri dan akhirnya sedikit berlari menerjang kelamnya malam ini. Di depan sana terlihat hanya belokan ke kanan, tidak terlalu ingat diriku akan jalan satu ini, mungkin hanya efek sedang lelah dan ketakutan membuat diriku tidak fokus. Kembali aku lanjutkan jalanku menyusuri lorong-lorong gang sempit ini.
Sudah sekitar lebih dari lima belas menit aku berjalan dan tidak kutemukan pula jalan keluarnya.  Aku mendongkak ke atas dan melihat bulan purnama yang memancarkan keindahannya. Sebuah tetesan air terjatuh tepat di pelupuk mataku. Karena kaget aku mundur beberapa langkah sebagai bentuk responsif tubuhku tanpa kusadari diriku menabrak sebuah tubuh yang besar. Aku langsung membalikkan diri hendak untuk meminta maaf namun nyatanya di belakangku tidak ada seorang pun. Hanya dengungan nyamuk saja.
Bulu kudukku begitu merinding. Sayup-sayup aku mendengar suara nyanyian dari kejauhan diiringi oleh gamelan khas jawa yang semakin memecah sunyinya malam ini. Mendadak semerbak bau bunga memutar-mutar di hidungku hingga mencapai sel-sel neutron di otak. Erangan nestapa tentang jeritan orang-orang pesakitan serasa menghantui diriku. Tubuhku berdesir takut hingga tak karuan namun hanya untuk melangkahkan kaki saja sampai tidak sanggup. Aku terbujur kaku berdiri di lorong gang sempit ini.
Semakin jelas suara seorang wanita tua bernyanyi sambil menyinden. Dalam nada suara pelan, ringkih dan halus tajam dengan khas Jawa. Aku hanya terdiam menahan nangis mendengar lirikan dengungan lagu tersebut karena aku mengenal jelas lagu tersebut.
“…….sliramu tumeking sirno
Ojo Tangi nggonmu guling
…jo ngetoro…
…… kang tak utusi
…….kang tak utusi
dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet….”
Tiba-tiba suara benda-benda berjatuhan terasa begitu nyata pada kupingku. Aku masih tidak bisa bergerak barang satu inci pun. Air mataku mulai menangis. “lingsir wengi….”, gumamku lirih dalam hati.
Sebuah tangan menyentuh kaki kiriku. Tangan yang sangat dingin, kasar, dan begitu kelam. Aku menengok ke bawah. Dengan mata telanjang aku melihat, satu buah tangan berwarna putih kebiruan pekat menggenggam erat kakiku. Jari-jarinya panjang dan tidak sebanding dengan ukuran telapak tangannya. Jari kukunya berwarna hitam sangat dan menggores kulit kakiku hingga mengeluarkan darah. Aku berusaha berontak namun tetap percuma. Diriku kini hanyalah sebuah boneka manekin belaka.
Kini terdengar semakin jelas lagu tersebut di kepalaku. Terngiang-ngiang suara nenek yang dulu sering menyanyikan lagu tersebut di depan keluarga besar diiringi ritual persembahan hewan. Adegan itu begitu nyata ku ingat dalam gelap sebuah ruangan kecil yang kuintip diam-diam lima belas tahun lalu.
“Lingsir wengi sliramu tumeking sirno

Ojo Tangi nggonmu guling
awas jo ngetoro
aku lagi bang wingo wingo”

            Sebuah hembusan napas begitu dingin tepat berada di tengkuk leher belakangku. Tangan di kaki kiriku tiba-tiba menggenggam keras hingga serasa tulang patah. Air mata mengalir begitu deras dari pelupuk mataku. Helaian rambut panjang jatuh menutupi pandanganku ke depan. Hembusan napas dingin itu kembali menyentuh tengkuk belakang leherku. Mati rasa diriku kini mendengar jelas lagu tersebut dinyanyikan.
“jin setan kang tak utusi

jin setan kang tak utusi
dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet”


“Lingsir wengi sliramu tumeking sirno

Ojo Tangi nggonmu guling
awas jo ngetoro
aku lagi bang wingo wingo

jin setan kang tak utusi

jin setan kang tak utusi
dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet”


            Alunan gamelan  beserta lirik lagu lingsir wengi itu kini merajai tubuhku hingga ke rongga-rongga terkecil sekalipun. Mendadak aku merasakan betapa damai diriku. Suara kaki kuda melangkah menjauh terdengar samar-samar. Tetapi langsung ku teringat pesan nenek, “suara yang jauh menunjukkan bahwa dia sedang di dekat kita…”, bisiknya kepadaku dulu.
            Aku tersungkur jatuh mendadak. Masih kurasakan denyut sakit kakiku yang mungkin sekarang menyisakan bekas biru kemerahan berbentuk genggaman telapak tangan. Tubuhku serasa begitu habis tenaga. Kulihat bulan purnama yang kini bukan putih bercahaya tetapi berwarna merah darah.
            Aku menangis pelan dan mulai bernyanyi lirih….
“Lingsir wengi sliramu tumeking sirno

Ojo Tangi nggonmu guling
awas jo ngetoro
aku lagi bang wingo wingo

jin setan kang tak utusi

jin setan kang tak utusi
dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet”


Namaku Dina – umurku 28 tahun. Aku dinyatakan tewas akibat perampokan dan tabrak lari. Disinyalir pelaku meninggalkan diriku tergeletak dalam kondisi hidup dengan kepala bocor. Akibat pendarahan di kepala akhirnya aku menghembuskan napas terakhir. Di kota besar kasus ini sudah begitu biasa terjadi namun yang mereka tidak ketahui kala itu telah terjadi peristiwa lain.

Namaku Dina – umurku 28 tahun. Aku tewas demi harta kekayaan dan kerakusan keluargaku sendiri. Perkiraanku aku dikorbankan sebagai tumbal pesugihan karena kondisi keuangan yang sedang memburuk, sedihnya hal itu dilakukan oleh ibuku sendiri.

Namaku Dina – umurku 28 tahun. Inilah diriku yang bercerita, sejujurnya sesungguhnya kesepian di lorong gang sempit ini. Bernyanyilah dan kunjungi diriku disini. Kapan saja…..
“Lingsir wengi sliramu tumeking sirno

Ojo Tangi nggonmu guling
awas jo ngetoro
aku lagi bang wingo wingo

jin setan kang tak utusi

jin setan kang tak utusi
dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet”



Kamis, 02 April 2015

MENYIBAK KEINDAHAN TANAH PAPUA






            Source: Instagram @alenia259

Alenia Pictures kembali membuat sebuah film yang memaparkan keindahan Papua. Lewat film perdana mereka, kita mengenal Denias Senandung di Atas Awan (2006) yang menceritakan tentang perjuangan seorang anak suku pedalaman Papua bernama Denias dalam mendapatkan pendidikan yang layak. Pada tahun 2008, film yang disutradarai oleh John de Rantau ini masuk seleksi Piala Oscar untuk kategori film asing. Kini mereka kembali memperlihatkan keindahan papua melalui film dokumenter berjudul  Alenia’s Journey Uncover Papua.
            Alenia’s Journey Uncover Papua, sebuah film dokumenter yang tidak hanya menceritakan tentang tantangan selama perjalanan menyusuri Papua namun  juga memperlihatkan bagaimana hal-hal positif yang berada di Papua yang meliputi lingkungan, pendidikan, sosial dan budaya. Film yang memakan waktu selama 80 hari dengan jarak kurang lebih 30.000 kilometer dengan mendatangi 30 kota, 120 distrik atau kecamatan, dan 250 kampung ini juga memberikan banyak inspirasi, salah satunya melalui cerita orang-orang yang telah mengabdikan hidupnya di Tanah Papua. 
            Perjalanan dokumenter ini dilakukan oleh pasangan sineas Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen yang dimulai dari bulan 10 Desember 2014 dari Kota Jayapura. Selama perjalanannya begitu banyak lika-liku yang dihadapi oleh mereka, terjebak di Tagime adalah salah satunya. Rombongan Alenia Pictures sempat terjebak tanah longsor di Kecamatan Tagime, Kabupaten Tolikara, Papua. Jalanan putus dan selama berjam-jam mereka harus menyibak longsoran tanah agar mobil bisa kembali melanjutkan perjalanan.
            Titik mengharukan pun mereka dapatkan ketika melihat semangat rakyat di Eragayam, Kabupaten Mamberamo Tengah yang ingin mendapatkan pendidikan layak. Warga berkorban membangun sendiri jalan menuju sekolah dengan alat seadanya, betapa besar semangat murid dan guru yang berada di daerah terpencil, terjauh dan tersulit dijangkau itu.
            Seluruh pengalaman yang terangkum dalam 13 episode ini akan mulai diceritakan di Metro TV mulai tanggal 04 April 2015 pukul 16.00 WIB. Tentunya film dokumenter ini adalah sebuah bukti betapa kaya dan indahnya tanah Papua.


Trailer film dokumenter Alenia’s Journey Uncover Papua :



Source:

http://entertainment.kompas.com/read/2014/12/11/143706310/Ale.dan.Nia.Jelajahi.Papua.dan.Papua.Barat.80.Hari

http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2015/02/02/nia-dan-ale-80-hari-berkeliling-papua--720887.html

http://entertainment.kompas.com/read/2015/02/01/165428410/Ale.dan.Nia.Tertanam.di.Papua

Kamis, 26 Maret 2015

[MOVIE REVIEW] INSURGENT


Hallo lagi blogger!  Kemaren gue baru aja nonton Insurgent. Sebagai salah satu penyuka buku berceritakan dystopia fantasy, ini adalah salah satu buku kesukaan gua setelah trilogi The Hunger Games!! 
Pertama-tama mari kita bicarakan tentang buku Insurgent ini. Pada bukunya cerita berpusat kepada Beatrice ‘tris’ Prior dan Four yang dinyatakan sebagai traitor (pengkhianat) karena melakukan penyerangan kepada faksi Dauntless padahal saat itu mereka berusaha menyelamatkan yang sedang dikendalikan untuk menyerang faksi Abgenation. Sehingga mau tidak mau mereka harus melakukan penyerangan yang kemudian menjadi serangan balik bagi mereka oleh Jeanine dengan memberikan tuduhan palsu.
Perburuan terhadap mereka pun berlanjut dan semakin berkembang dengan melakukan pencarian dan analisa terhadap ‘divergent’. Pencarian tersebut pun dimaksudkan untuk membuka kotak sejarah yang ternyata hanya dapat dibuka oleh divergent. Maka dari itu perburuan semakin berlanjut dan ketat.
Secara garis besar, itu lah fokus utama buku Insurgent yang kemudian terbagi lagi menjadi dua bagian tentang ‘suku luar’ yang ternyata dimana kota yang mereka huni adalah sebuah eksperimen untuk keberlangsungan manusia. Namun disayangkan, fokus itu menghilang karena filmnya hanya mengambil bagian fokus perburuan divergent.
Tetapi jangan salah sangka kalau menghilangkan bagian itu sama halnya dengan menghancurkan konstruksi cerita dalam bukunya. Melalui film yang di adaptasi dari novel, ternyata film Insurgent mampu membawa nalar cerita lebih baik ketimbang novelnya. Kita masih bisa dibikin bernafas lega dengan filmnya ketimbang membaca bukunya.
Membaca buku insurgent serasa membaca sebuah plot cerita bukan sebuah cerita utuh, itulah kelemahannnya namun untungnya filmnya mengerti hal itu sehingga memangkas bagian yang mungkin bisa di jadikan fokus kepada Allegience nantinya.
Sebagai tambahan, film ini juga akan memuat banyak adegan kekerasan karena disini lah masa dimana semua faksi bergerak untuk melawan Jeanine ditambah dengan kekuasaan Factionless yang diam-diam telah mengumpulan kaum pemberontak di pimpin oleh ibu four.
Overall, menonton film ini bisa jadi nyaman atau tidak nyaman. Nyaman bagi mereka yang membaca bukunya dan tidak nyaman bagi mereka yang tidak membaca bukunya. Kenapa? Karena masih tetap terlihat hanya rangkaian plot tanpa membuka tabir kondisi Tris. Seakan loncat dari satu scene ke scene lain tanpa ada jeda sedikit pun.
Penampilan Shailane Woodley disini lebih baik ketimbang film sebelumnya, jangan lupakan chemistry-nya dengan Theo James yang semakin membuat banyak sirik kaum kawula muda.. yang jomblo.
Dari segi efek serta pengkameraan semua sesuai porsinya sehingga kenyamanan secara visual bisa didapatkan secara main cast semua mempunyai keunggulan masing-masing dan sesuai dengan karakter pada filmnya. Habis nonton film ini tentunya gue sangat nunggu kelanjutan film selanjutnya!


Senin, 23 Maret 2015

Pengendalian Malaria oleh PT Freeport Indonesia


Meskipun Papua begitu kaya akan keindahan alam, seperti hutan-hutan lebat, danau serta pulau-pulau kecil nan cantik yang menjadi suguhan paling eksotik, namun ternyata berkunjung kesana bukan berarti tanpa resiko. Wabah malaria adalah salah satu dari kasus penyakit paling serius di Papua sehingga kemungkinan terkena sangat besar.
Angka penderita malaria di Papua begitu besar bahkan mencapai 489 ribu kasus malaria klinis di tahun 2012. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa pengendalian terhadap wabah ini walau terdapat beberapa tantangannya, seperti keterbatasan akses pelayanan kesehatan, kesinambungan jangkauan, kualitas diagnosis dan lain-lain.
Untuk menekan laju pertumbuhan wabah malaria tersebut maka PT Freeport Indonesia dan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) bekerja sama dalam sebuah program pengendalian malaria dan sanitasi. Salah satunya adalah mengendalikan penyebaran malaria di Kabupaten Mimika bersama Community Health Development (CHD) dengan membangun sekitar 40 tangki penyimpanan air hujan, 18 sumur, dan 25 jamban keluarga di Otakwa dan Kokonau. Bahkan pemerintah pusat juga mendukung program akselerasi sanitasi masyarakat melalui pembuatan buku profil sanitasi dan dokumen perencanaan sanitasi Kabupaten Mimika yang dikerjakan oleh kelompok kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Kelompok tersebut merupakan bentuk sinergi antara PTFI, LPMAK, dan Pemerintah.
Perjuangan pencegahan tersebut tidak berakhir sampai disitu. Sebuah program baru pun diadakan, yaitu penyediaan Kartu Malaria sebagai bentuk penanganan penyakit tersebut yang merupakan kolaborasi antara PT Freeport Indonesia dengan International SOS PHMC “Public Health and Malaria Control”.
Kartu ini sangat berguna bagi teman-teman yang hendak atau akan dan telah mengunjungi Papua, terutama Kota Timika sebagai tempat endemic malaria.  Penggunaan kartu ini difungsikan untuk memberikan layanan informasi dan rekomendasi IGD atau rumah sakit yang tepat untuk menangani masalah penyakit tropis tersebut.
Perhatikan baik-baik kondisi teman-teman saat atau telah pulang dari Papua, beberapa gejala malaria meliputi, menggigil, demam tinggi, berkeringat, sakit kepala, pegal-pegal, badan terasa lelah, mual, muntah, dan diare. Gejala tersebut mirip seperti penyakit flu, jika Anda merasakan gejala ini dalam kurun waktu 7 hari hingga 6 bulan sejak kedatangan maka diindikasikan Anda terkena malaria. Dengan penanganan yang tepat maka malaria dapat disembuhkan.


 KARTU PERINGATAN MALARIA

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
Industrial Public Health & Malaria Control
e-mail: health_advisor@fmi.com
tel: (+62) 901-431-111 / 90-442-298
ISOS Assistance Centre (Jakarta): (+62) 21-750-6001


Referensi :  http://aderiska-loveandknowledge.blogspot.com/2015/03/kartu-malaria-dari-papua-timika-pt.html
 



Rabu, 11 Maret 2015

Gadis Bermata Coklat

            Siang ini diiringi rintik hujan yang mengalun membentuk alunan musik pada atap sebuah bangunan bakery ternama di kota Bandung seolah mendukung pemuda itu untuk terus memperhatikan seorang gadis yang duduk di sudut lain dari bakery tersebut. Ia mengenal gadis itu. Gadis yang sedang membaca sebuah buku child-fiction karya Richelle Mead ditemani secangkir teh hangat dan satu slice rainbow cake tidak mengetahui bahwa sepasang mata yang tak ia kenal kehadirannya mengekor pada setiap gerak yang ia buat. Pemuda itu lalu teringat pada saat-saat ia mengetahui keberadaan gadis itu di universitas tempatnya menimba ilmu.

Gadis pemalu… ia selalu menundukan wajahnya. Mangsa tepat bagi para manusia yang dengan bangga menjadikan dirinya setingkat lebih tinggi dari mahasiswa-mahasiswa baru itu. Matanya masih tertuju pada gadis berambut panjang tersebut. Setidaknya, bagi pemuda penguntit ini, gadis itu memiliki rambut panjang. Matanya hangat dan coklat, tubuhnya yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu kurus menjadikannya santapan mata bagi para pria kehausan seperti pemuda ini. Gadis yang tidak macam-macam. Menarik.

            “Aahh…” gerakan dari gadis yang ada dipikirannya membuatnya tertarik ke alam nyata. Gadis itu kini sedang merenggangkan tubuhnya yang kaku setelah 30 menit tak merubah posisi duduknya. Ia menaruh bukunya dan mulai menggarap cake yang ada dihadapannya. Belum habis kue itu ia santap, gadis itu telah berlari keluar lalu masuk kedalam keandaraan yang ia bawa. ‘Hhhh… satu hari lagi telah terbuang sia-sia… tingkat kebodohanmu meningkat! Selamat!’ rutuk pemuda itu yang akhirnya dengan kecewa dan membereskan kertas-kertasnya yang berserakan di sekitar mejanya dan ikut meninggalkan tempat indah itu lalu ia memandang sketsa yang telah sejak dulu ia buat untuk gadis itu. ‘Lain kali aku harus benar-benar memberikan sketsa ini dengan imbalan mengetahui namanya!’ lalu pemuda itu melangkah pergi sambil tertawa kecil atas kebodohannya. Ia tahu siapa nama gadis itu.

***
Matahari telah menyapa diufuk timur, bersamaan dengan bunyi dering telepon genggam milik gadis bermata coklat hangat. Ia telah terbangun oleh suara yang dikeluarkan mesin yang paling dibutuhkan manusia pada masa ini. Gadis itu berlari menaiki tangga demi mendapatkan telepon genggamnya. Sebuah pesan yang sudah ada sejak 3 jam yang lalu terus beranak. Temannya ingin Ia menjemputnya. 8 pesan hanya dengan isi yang serupa. Kesal, ia melemparkan telepon genggamnya ke tempat peraduan. Gadis itu telah bersiap menuju universitasnya. Hanya saja, malas masih menggelayuti kakinya dengan mesra.
            “Pagi, Pak.” Sapanya ramah pada supir yang sudah hampir 10 tahun mengabdi pada keluarganya. “Sudah sarapan? Nasi goreng bibi enak loh! Jangan ngelap mobil terus.” Ia memang diajarkan orangtuanya untuk selalu ramah pada seluruh karyawan yang bekerja pada keluarganya. Menghargai orang lain. Itu yang menjadi pusat pikirannya. “Udah, neng. Sekarang pergi sendiri atau mau saya antar?” Ucap Pak Sugimin ramah sambil mengangguk ke arah gadis itu. “Sendiri, Pak. Bapak nanti sama Ibu aja yaa. Mari, Pak… saya pergi dulu.” Saat gadis itu menaiki mobilnya, Pak Sugimin kembali memanggilnya. “Neng, tadi saya nemu ini udah nempel di kaca depan.” Pak Sugimin memberikan secarik kertas pada gadis itu yang disambutnya dengan kerutan jelas di dahinya. Sebuah sketsa seorang gadis yang sedang duduk di suatu tempat. “Bagus ya neng! Oh iya itu di belakang ada tulisannya.” Gadis itu membalik kertas terbut dan membaca sebuah kalimat indah dari penulisnya.
-Pagi ini matahari menyinariku kearahmu… Kau akan mengenalku dan aku akan mengenalmu, gadis bermata coklat hangat.-
            “Iya, Pak. Bagus ya… tapi saya nggak kenal siapa yang ngasih. Mudah-mudahan yang ngasihnya sebaik lukisannya ya pak. Saya pergi dulu ya, Pak.”

***
Indah siang ini disinari hangat matahari dan di aliri hawa segar dari angin yang bertiup manja menyapu kulit setiap insan yang ada. Pemuda itu kembali terjebak dalam keasyikannya memperhatikan setiap manusia yang bergerak disekelilingnya. Terus ia memperhatikan individu itu, lalu ia curahkan seluruhnya dalam sebuah kanvas kosong yang kini mulai terisi penuh. Tangannya asik terus menari hingga akhirnya matanya menangkap gerak si gadis bermata coklat hangat. Tangannya kini terdiam, namun matanya tetap liar. Terpaku ia menatap gadis yang diimpikannya hingga gadis itu hilang ditelan kerumunan massa. Disaat itulah ia baru membalik kertasnya dan menumpahkan segala hal yang telah matanya rekam. Segera setelah itu sebuah lukisan tentang seorang gadis tercipta, kali ini ia menamainya. Plumila Ruby.

***
            “Mila! Ada yang mencarimu.” Seorang teman menariknya kembali kedunia nyata. Mila sedang asik membaca buku barunya. Hadiah dari sahabatnya yang kini kesulitan ia temui. “Dia ada didepan kelas 209a. Kesana ya… dari tadi soalnya dicarinya.” Temannya pun menyelinap kebelakang barisan bangku kelas. Mila tercenung. ‘Siapa yang mencarinya?’ Berjalan ia menyusuri lorong menuju tempat orang yang mencarinya. Kembali ia berpikir, mengapa ia memiliki keyakinan untuk tetap melangkahkan kaki bertemu manusia yang mencarinya itu. Pikirannya terus berpusat pada hal-hal yang negative hingga ada suara lembut yang memanggil namanya, mengusik seluruh bulu tangan dan tengkuknya, bukan usikan mistik yang menyeramkan, karena Mila dapat merasakan kehangatan yang mengalir di dadanya hingga ke perutnya. Seorang pemuda yang gagah –jika tidak dapat dibilang tampan- tidak hitam namun juga tidak putih menghampirinya. Mata pemuda itu hitam, rambutnya yang rapi dan entah bermodel apa membuat Mila yakin atas kesalahan pikirnya. Pria itu menggenggam secarik kertas. Kertas kanvas yang serupa dengan yang tadi pagi ditemukan oleh Pak Sugimin di depan kaca depan mobilnya.
            “Hai, Ruby.” Mila tertegun. Hanya ada satu orang yang pernah memanggilnya dengan nama itu. Orang yang sangat ia rindukan kehadiran fisiknya. “Saya Rion, satu tingkat diatas kamu.” Rion bingung menghadapi Ruby yang tak bergeming dan hanya menatapnya. “Saya hanya ingin memberikan kamu ini.” Rion memberikan sebuah kertas yang, meski lama tetap diterima oleh Mila. “Itu kamu hari ini. Setidaknya itu yang saya lihat. Semoga kamu suka, Ruby.” Rion membalikan tubuhnya siap melangkah pergi meninggalkan Mila. “Mila.” Rion terdiam dan menatap Mila seolah gadis itu baru saja menyatakan cinta. “Panggil saya Mila. Siapa nama lengkap kamu?” Kini Rion yang terdiam. Ia mengarahkan telunjuknya ke hidunya. Isyarat yang menanyakan ‘nanya saya?’. Mila tertawa melihat kelakuan makhluk yang telah memberinya sketsa indah itu. “Saya sedang berbicara denganmu. Tentu saja saya menanyakan tentangmu. Siapa nama lengkapmu, Rion?” Mila memainkan alis kirinya saat menyebut nama pemuda itu. Rion tersenyum, bertransformasi dari diamnya lalu kembali duduk. Mengajak Mila dalam prosesnya. Mereka berdampingan. Rion harus membuat perbincangan ini lama. Dan berkesan.
            “Apa artinya nama lengkap?”
            “Tanpanya kamu tak akan bisa menentukan nama panggilanmu. Nama yang benar-benar berarti bagimu.”
            “Bukankah kita baru akan berkenalan?”
            “Bukankah baik berkenalan secara formal. Dan itu akan lebih adil. Kamu tau nama lengkap saya. Maka saya harus tau nama lengkap kamu.”
            “Cukup adil.” Rio menyunggingkan senyumnya. Baru beberapa menit kebersamaan mereka berlalu, tapi satu senyuman itu telah berhasil membuat Mila lemas. “Aprion. Aprion Imtiyaz Maladzan.” Rio menjulurkan tangannya yang disambut Mila. Kali ini dengan semangat. “Mila. Plumila Ruby Sadewa.” Percakapan yang ia harapkan berjalan lama harus pupus. Mila harus memasuki ruang kelasnya. Tapi senyum tetap melekat di bibir Rion. Pemuda itu cukup merasa terkesan. Ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Nama sang gadis meski ia telah mengetahui itu sebelumnya. “Hhhh… Plumila Ruby Sadewa.” 

***

            

Kamis, 26 Februari 2015

Sebait Doa dari Bawah Tanah

Hello blogger! Gue lagi iseng bukain folder foto di laptop nih dan liatin perubahan tampang gue dan temen-temen dari mulai yang pada innocent sampe akhirnya berwajah nista kayak sekarang. Eh terus masuk deh ke foto-foto liburan kita taun kemarin ke Jogjakarta, kotanya para pelajar. Sayangnya gue disana cuma sebagai seonggok daging yang mencari nasi kucing, bakpia, dan batik. Bukan benar-benar sosok yang haus akan ilmu. HAH! Skripsi aja cuma di pikirin bukan dikerjain -_-

*hiks!* balik lagi ke foto-foto disana*

Anywaaaay, gue stumbling ke foto waktu kita lagi di Tamansari! Tau kan salah satu tempat yang lagi hits banget buat prewed dll. di Jogja sana itu. Emang bagus sih tempatnya. Masuk ke dunia bawah tanah tapi nggak berasa bawah tanah! kecuali pas menuju ke tengahnya aja, secara lorong-lorong begitu tempatnya. Disitu temen gue demen banget foto biar hits katanya, dan gue juga mengakui memang pada saat itu foto disana lagi hits. Gue menolak untuk ikut berfoto dengan alasan #antimainstream. Entah itu suatu kebodohan atau apa lah, yang jelas gue nggak ikut foto, jadilah sekarang gue ga bisa sharing wajah imut gue sama kalian. Berangkat dari itu gue searching mesjid lain yang ada di bawah tanah. Eh, sebelumnya lo semua tau kan kalau konon katanya, yang di Tamansari itu adalah masjid bawah tanah? Ada juga lho ternyata di Papua!

Jadi gini, di tempat bokap gue kerja, Freeport. Selain mempekerjakan pegawai di area terbuka, juga nempatin para karyawannya di area tambang bawah tanah. Nah disitulah mereka bangun beberapa fasilitas buat para pekerjanya, termasuk tempat ibadah. Di area tambang bawah tanah, tepatnya di area tambang DOZ (kedalaman 500 meter sampe 1 km), ada mesjid sama gereja yang khusus dibangun buat para karyawan yang kerjaannya di bawah tanah. Kebayang kan gimana rasanya ibadah dibawah tanah? *gue sih enggak*. Menurut gue sih keren, disaat kita kerja "dibawah", kita tetep inget sama yang "diatas". Wih~ *ngomong apa gue*

Mesjid yang dikasih nama "Ashabul Kafhi" ini bisa nampung jamaah sampe 100 orang, dan selalu jadi tempat buat ibadah shalat jumat buat para karyawan muslim. Untuk gerejanya, bernama Oikumene, yang bisa nampung sampe 500 orang buat beribadah. Bahkan, menurut artikel yang gue baca disini, katanya pernah ada beberapa karyawan Freeport yang ngadain pernikahan di dalem gereja bawah tanah ini. Keren amat, suasananya beda!

Sayangnya, gue gak dapet kiriman foto banyak soal mesjid dan gereja bawah tanah ini.. Jadi maap yak atas foto-foto yang "seadanya" ini.






Udahan dulu yak guys, mau ibadah. *eh kok jadi riya, istigfar~ * Gak deng, mau bobo cantik dulu kek biasa, kali aja bangun-bangun udah wisuda :P

Bhay! Jangan lupa ibadahnya gais,

Senin, 23 Februari 2015

Aku = Mereka

Berdiri disini, menghadap jutaan pintu yang sedang tertutup.
Entah pintu apa itu. Cerita apa yang mereka simpan? Tanah sehijau apa yang ada disana?
Sama sekali tak tau. Hanya warna dari tiap pintu yang memojokkanku. Seolah menertawai kebimbanganku memilih. Aku pun ikut tertawa.

Untuk apa aku memilih? Kenapa tak kubuka semua pintu ini?
Atau, langsung saja kuhancurkan semua!
Apa gunanya membeda-bedakan jika diakhir semua kembali sama?
Kembali menduduki satu tujuan yang terlalu lebar sehingga tak ada fokus di sana.
Untuk apa semua ini?

Aku memutar tubuhku. Melihat pintu-pintu yang sudah kubuka.
Dengan jelas kulihat berbagai pintu itu. SAMA. Aku didalam dunia baru, dan ternyata semua sama. Aku melihat sekelilingku. Berjuta makhluk lain juga sedang memilih pintu itu. Kulihat darimana asal mereka. Pintu yang berbeda. Apa gunanya pintu-pintu ini?! Kami berdiri di titik yang sama, garis yang sama. Apa yang membedakan kami?
Pilihan. Hanya itu. Kami semua memilih antara hitam dan putih hanya untuk menuju sebuah daerah lebur yang bernama kelabu. Aku melihat makhluk sesamaku. Tak ada yang benar-benar putih dan tak ada yang benar-benar hitam. Tak peduli pilihan mereka. Aku? Sama saja seperti mereka! Hanya pilihan kami menuju titik ini yang berbeda.

Cerita perjuangan kami yang masing-masing yakin perjuangannya lebih melelahkan. Lebih beruntung. Kenapa tak ada dari mereka yang sadar bahwa ini semua sama.
Penyampaian. Penyampaian seperti apa yang mereka suka? Yang berlebihan? Yang merendah? Atau yang sesuai dengan kenyataan? Tidak… bukan yang terakhir. Takkan bisa kita bertahan dalam netral. Tapi apa benar yg berlebihan dan yang merendah lebih baik? Bukannya sama sama melelahkan?

Selasa, 17 Februari 2015

What My Brain Says About Maturity

This day.. You find that you have to be mature, but how? Maturity is not depends on how old you are, but how you face your problem, the way you think, and what your priority.

I feel lucky to have you as my rock, you made my sanity showed without kill my insane side. We all made mistake, and by the way.. the best way to live is by say sorry, not pretend that nothing happened. Start to live with other perspective, cause your not alone. One day you'll need them.

I used to think love is all about boy and girl, grow up together, watch a movie, dinner, roses, pet names and all the romantic/cheesy things. I've felt all that and guess what? Not so special! Everything is done by another human being, another couple.

Actually, I want something more original. But well, lets face it! There's nothing so original anymore. Now I see love is more than an understanding ground, an unspoken agreement between two person, a care giver, a body to lean on, a mouth to told you the truth, an eye to make you see, and a hand to guide you.

I'm growing up still, I didnt know what I see now is the right thing in ten years from now. But I'll try.. In my hardest and bestest way to keep you, to gave myself drown on your guide, to see the beauty you want me to see, to believe what you make me believe, to lean on you when 'the van' hit, to help me be better person u want me to be, the better lover you'll love more, the better wife you crave so, the better mother to your best child and the better partner for the long age u've given..

Another gate has open, another step must taken. The gate that have so many doors that'll lead you to the place you crave so much. The step that will flatter even stumble to praise what will you become. Another choice need to be made, another risks need to be faced. Oh life.. This is not even a half of what I have to face next, but so much energy you already take. No sleep could recharge what was lost, no hands could bring you back to the save place anymore. The sleep, the hands.. they're going to be something unrecognizable. Something you fear the most, something you should crave the most. No longer sleep needed, only the memory of the dream we will hold. No longer visible hands we granted, but the invisible one that awaited.

Sabtu, 14 Februari 2015

Bikin Rumah dari Limbah, Kenapa Enggak?

Hallo lagi bloger! Sorry nih kemarin gue galau abis. Masih sih sampe sekarang, tapi untuk menghilangkan rasa galau, kemarin sempet main bareng sobat-sobat brengsek dan kami yang semula adalah mahasiswa lapuk menuju kenistaan berubah wujud menjadi sosialita remaja dewasa kota Bandung dan berkeliling ke berbagai lokasi kuliner yang *ekhem* agak berlebihan untuk kantong anak kuliah. Dasar emang anak kos, yang kalau makan sushi aja udah berasa kaya raya

Tapi nyatanya dibawa ke tempat-tempat kayak gitu nggak menghilangkan rasa galau gue tuh! Malah bikin makin pusing sama perduitan bulan ini. Untung cuma 28 hari. Lagian gue heran, kuantitas makanan yang dihidangkan itu nggak sesuai sm kuantitas rupiah yang dikeluarin sama gue dan temen-temen gue! Sosis segede es potong aja bisa sampe 80ribuan! Kalau ditotal nih, pengeluaran gue dalam “1 Hari Misi Penghapusan Rasa Galau” itu hampir setara sama cost makan gue selama 2 minggu! Aaaah dunia.

Berhubung makan di tempat yg semi elit gitu, topik obrolan nggak bisa dong biasa aja. Gengsi lah gue sama temen-temen kalau pembahasannya cuma seputar dunia kuliah. Masuk lah kita ke pembahasan-pembahasan yang selayaknya dibahas sosialita muda, berawal dari berbagai trend fashion dan high class brand yang diagungkan sama sosialita sungguhan sampai sukses 100% bikin gue bete bin ngantuk, pindahlah topik pembahasan kita ke peperangan organisasi penting di Indonesia. Karena sebenernya nggak terlalu keotakan, pembahasan itu malah bikin pusing dan mual temen-temen gue yang lain.

Eh ternyata darisitu terus nyambung deh ke dunia pertambangan. Gue dong kena sorot sama temen-temen gue karena bokap yang kerja di bidang itu. Banyak nanya lah mereka! Yang paling menarik (mungkin karena gue emang sedikit banyak tertarik sama dunia pertambangan) adalah pertanyaan temen gue tentang limbah pertambangan yang ternyata juga belum pernah gue bahas di blog kesayangan iniii…

Okay, kita to the point aja ya! Permasalahan utama yang lumayan sering dihadapi perusahaan tambang kayak Freeport adalah limbah dari proses pertambangan itu yang kalau nama kerennya sih tailing. Dimana-mana terutama media sosial sering banget bahas hal ini dan mostly sih menjurus ke negatif yang pada kenyataannya belum jelas benar atau nggak. Tapi nggak sedikit juga loh yang udah tau kalau dari tailing ini kita bisa bikin beberapa hal yang bermanfaat, contohnya: buat bangun rumah! Jadi ceritanya, gue nggak sengaja stumbling tentang teknologi yang ada di Cina. Dengan bahan utama campuran konstruksi tanah dan limbah industri (a.k.a si tailing ini) pembangunannya juga nggak pake tenaga manusia. Tapi  di print pake print 3D dan gossipnya cuma perlu beberapa jam aja sampai berbentuk rumah.

(baca lengkapnya di http://koran.tempo.co/konten/2015/01/21/362735/Mencetak-Apartemen-dengan-Printer-3D )


Tailing:



Ini apartment yang pake tailing sebagai salah satu material bangunan dan dicetak pake printer 3D. (Itu printernya segede apa yak -_- )



Tuhkaaan… kalau kita pintar ngolah dan kreatif, hal yang nggak mungkin itu bisa jadi mungkin! Jadi sebaiknya kita juga jangan terlalu cepet ngambil pandangan negatif tentang suatu hal. Coba liat dari sisi lainnya, ternyata ada juga kan sisi positif darisitu, Daaaan dari total seharian yang gue abisin sm temen-temen gue saat jadi sosialita remaja dewasa ngedadak  itu, hanya dipembahasan inilah yang bisa bikin gue dengan enak tenang dan nyaman nggak mikirnin ke galauan. Hmmh… segitu aja dulu deh. Gue mau ngorek sampah lain, kali aja bisa menghilangkan ke galauan gue dengan mutlak. Babay blogger!

Rabu, 11 Februari 2015

AM I THAT UNIMPORTANT?

I supposed not to know this, to not know whats going to happen.
The days is still not come yet, but it's only a matter of hour. No one tell me yet.. Confirmed! Say somethin, anything.. I'd say that I'd better didnt know the rumor. But then, can I accept what will happen with an open mind later?
There's one question that always nagging at the back of my brain, "AM I THAT UNIMPORTANT?" Or I am too important so they postponed my knowledge?

If this rumor is true..
How come she do that to me while she's the one who saw me fall those years ago?
How come she do that to me while all she do is find the help to get me better?
How come she do that to me while she resent the same action made by him?

Or she think..
Because I no longer live with her daily?
Because I've finally accepting my situation?

Why she be blinded by her only child that she constantly saw? Why she become this selfish? Or am I the selfish one?

Does she forget how it felt to be betrayed? To be lied to?

Now I kept saying this mantra to myself, only to myself:

"Don’t destroy yourself over somebody else’s foolishness. I know they betrayed you. I know they lied on you. I know they talked behind your back and told all of your business. I know they hurt you to the core. I know they turned their back on you. I know they cheated on you. I know they mislead you. I know, I KNOW. In spite of it all, you have to know that you are worth more than what they dished out to you. You will survive! You will make it through! Remember who YOU are and know YOUR self-worth!"

Why did I have to live my life obsessed with these kinds of concerns, this constant attempt to control the most uncertain of outcomes, my own effect on someone else's mind?

Senin, 09 Februari 2015

#AntiMainstream Cancer Day 2

Gilaak! Engga ada abisnya emang kalo bahas soal ini! gue lagi ketagihan banget dan pengen tau sangat banyak soal HIV/Aids. Jadi ceritanya gue malah keasikan sm cerita dan foto yang gue dapet dari ke kepoan itu, sayang dong klo ngga di share? ngga apa-apa ya gue jadi orang yang concern sama penyakit ini.

Jadi gini, gue baca di internet, daerah yang terbanyak terinfeksi virus ini adalah Jawa Timur. Tapi kayanya masyarakat pada umumnya masih ngira yang terbanyak itu Papua. Kenapa gue bisa bilang gini? Sebenernya iseng-iseng aja nanya sama temen-temen dan dedek-dedek junior di kampus dan begitulah hasilnya. Kalau menurut ke-sok tauan gue sih ini dikarenakan total penduduk yang ada di Papua itu ngga sebesar penduduk di daerah lain. Tapi itu gue nya aja yang sok tau yaa! kalau ada yang bisa jawab dengan benar dan sesuai dengan nalar dan logika ditunggu banget komentarnya.

Berhubung yang disorot terus-terusan adalah Papua, kota kesayangan gue, rasa penasaran makin membuncah tulus keluar dari dasar hati yang paling dalam. Gimana sih sebenernya penyuluhan yang ada disana? Dan karena gue suka sok-sok an jadi detektif, berasa kurang puas dong kalo cuma tau dari internet aja. Disini lah gue merasa beruntung punya bokap yang kerja di daerah Papua! Gue ambil telpon dan langsung dial bokap. Agak susah sih karna keadaan sinyal disana, tapi setidaknya cukup menyegarkan rasa haus gue akan informasi.

Foto-foto dibawah itu stok foto punya bokap gue yg diambil bulan April tahun kemarin. Seperti yang gue bilang di postingan sebelumnya, Jadi wanita tuna susila di Papua punya tempat lokalisasi khusus di area Kilo10, dan didaerah situlah adanya tempat penyuluhan itu. Ini dia beberapa fotonya....





Beberapa foto diatas ngeliatin sejumlah WTS yang lagi cek kesehatan rutin dan dikasih penyuluhan soal HIV.








Gimana? foto diatas cukup jelasin kan gimana tempat penyuluhan HIV di Mimika, Papua. Semoga dengan adanya program ini, jumlah kasus HIV di Papua gak nambah lagi. Aamiin!