Pages

Sabtu, 14 Februari 2015

Bikin Rumah dari Limbah, Kenapa Enggak?

Hallo lagi bloger! Sorry nih kemarin gue galau abis. Masih sih sampe sekarang, tapi untuk menghilangkan rasa galau, kemarin sempet main bareng sobat-sobat brengsek dan kami yang semula adalah mahasiswa lapuk menuju kenistaan berubah wujud menjadi sosialita remaja dewasa kota Bandung dan berkeliling ke berbagai lokasi kuliner yang *ekhem* agak berlebihan untuk kantong anak kuliah. Dasar emang anak kos, yang kalau makan sushi aja udah berasa kaya raya

Tapi nyatanya dibawa ke tempat-tempat kayak gitu nggak menghilangkan rasa galau gue tuh! Malah bikin makin pusing sama perduitan bulan ini. Untung cuma 28 hari. Lagian gue heran, kuantitas makanan yang dihidangkan itu nggak sesuai sm kuantitas rupiah yang dikeluarin sama gue dan temen-temen gue! Sosis segede es potong aja bisa sampe 80ribuan! Kalau ditotal nih, pengeluaran gue dalam “1 Hari Misi Penghapusan Rasa Galau” itu hampir setara sama cost makan gue selama 2 minggu! Aaaah dunia.

Berhubung makan di tempat yg semi elit gitu, topik obrolan nggak bisa dong biasa aja. Gengsi lah gue sama temen-temen kalau pembahasannya cuma seputar dunia kuliah. Masuk lah kita ke pembahasan-pembahasan yang selayaknya dibahas sosialita muda, berawal dari berbagai trend fashion dan high class brand yang diagungkan sama sosialita sungguhan sampai sukses 100% bikin gue bete bin ngantuk, pindahlah topik pembahasan kita ke peperangan organisasi penting di Indonesia. Karena sebenernya nggak terlalu keotakan, pembahasan itu malah bikin pusing dan mual temen-temen gue yang lain.

Eh ternyata darisitu terus nyambung deh ke dunia pertambangan. Gue dong kena sorot sama temen-temen gue karena bokap yang kerja di bidang itu. Banyak nanya lah mereka! Yang paling menarik (mungkin karena gue emang sedikit banyak tertarik sama dunia pertambangan) adalah pertanyaan temen gue tentang limbah pertambangan yang ternyata juga belum pernah gue bahas di blog kesayangan iniii…

Okay, kita to the point aja ya! Permasalahan utama yang lumayan sering dihadapi perusahaan tambang kayak Freeport adalah limbah dari proses pertambangan itu yang kalau nama kerennya sih tailing. Dimana-mana terutama media sosial sering banget bahas hal ini dan mostly sih menjurus ke negatif yang pada kenyataannya belum jelas benar atau nggak. Tapi nggak sedikit juga loh yang udah tau kalau dari tailing ini kita bisa bikin beberapa hal yang bermanfaat, contohnya: buat bangun rumah! Jadi ceritanya, gue nggak sengaja stumbling tentang teknologi yang ada di Cina. Dengan bahan utama campuran konstruksi tanah dan limbah industri (a.k.a si tailing ini) pembangunannya juga nggak pake tenaga manusia. Tapi  di print pake print 3D dan gossipnya cuma perlu beberapa jam aja sampai berbentuk rumah.

(baca lengkapnya di http://koran.tempo.co/konten/2015/01/21/362735/Mencetak-Apartemen-dengan-Printer-3D )


Tailing:



Ini apartment yang pake tailing sebagai salah satu material bangunan dan dicetak pake printer 3D. (Itu printernya segede apa yak -_- )



Tuhkaaan… kalau kita pintar ngolah dan kreatif, hal yang nggak mungkin itu bisa jadi mungkin! Jadi sebaiknya kita juga jangan terlalu cepet ngambil pandangan negatif tentang suatu hal. Coba liat dari sisi lainnya, ternyata ada juga kan sisi positif darisitu, Daaaan dari total seharian yang gue abisin sm temen-temen gue saat jadi sosialita remaja dewasa ngedadak  itu, hanya dipembahasan inilah yang bisa bikin gue dengan enak tenang dan nyaman nggak mikirnin ke galauan. Hmmh… segitu aja dulu deh. Gue mau ngorek sampah lain, kali aja bisa menghilangkan ke galauan gue dengan mutlak. Babay blogger!

2 komentar:

Jefferson L mengatakan...

hmmm, keren sih. what a idea! kalau kata-kata orang gaul, ide nya unique dan fresh... :)

Unknown mengatakan...

Iya nih udah sewajarnya orang Indonesia bisa memanfaatkan hal jadi sekreatif ini :)

Posting Komentar