Pages

Senin, 29 September 2014

Etika Berita Duka

Gw bukan wartawan dan nggak pernah belajar ilmu jurnalistik secara khusus. Tulisan ini dibuat berdasarkan hasil pengalaman dan sharing sama temen-temen yang emang tau ilmunya hehe.

Jadi, September ini ada dua kabar duka dari Freeport. Biar nggak simpang siur, kronologis dan keterangan resmi dari Freeportnya bisa dilihat di sini.

Sebagai pengguna aktif socmed, gw lebih suka baca berita lewat Twitter. Kadang, jujur, cuma baca judulnya doang. Secara ya kecepatan internet Indonesia labilnya amit-amit. Sayangnya, makin ke sini isi berita makin 'ngajak ribut'. Kayak manas-manasin emosi pembaca gitu. Kadang juga isi berita nggak terlalu sesuai sama kejadian sebenernya.

Contohnya gini. Ada salah satu media yang nulis kecelakaan di Grasberg kemaren lengkap dengan foto yang dilabelin 'istimewa'. Fotonya memperlihatkan jelas mobil kecil dan haul trucknya.

Secara etika aja, IMHO, nggak etis ya nampilin foto kecelakaan yang memperlihatkan korbannya. Mau itu luka ringan, apalagi yang meninggal dunia. Temen gw yang magang di TV pernah cerita, dia pernah liputan kecelakaan ringan di tol. Korbannya 'cuma' lecet lecet aja tapi dia pun nggak berani ngambil gambar mereka. Jadinya dia nenangin dulu para korban yang masih shock, baru agak berani liputan.

Balik lagi ke media yang ngasih foto haul truck tadi. Pas gw konfirmasi ke salah satu temen di sana, kata dia bukan kayak gitu mobil yang sebenernya. Entah dari mana media itu dapet foto tanpa dikonfirmasi dulu kebenarannya. Kalo tulisan itu keburu banyak yang baca gimana coba?

Kata temen gw yang pernah magang di TV itu, seorang jurnalis sebenernya punya etika dalam membuat berita. Namanya juga profesi, pasti ada aturan-aturannya lah. Salah satu aturannya adalah nggak nampilin gambar korban dengan jelas. Simpelnya, pikirin aja lah perasaan keluarga korban kalau sampai gambar-gambar itu ditampilin... Belum lagi aturan semacam harus nyebarin fakta bukan opini apalagi fitnah, harus kroscek dulu kebenaran berita sebelum ditampilin, dan lain-lain

Sayangnya karena dituntut kecepatan, media kayaknya makin mengabaikan aturan-aturan sesimpel itu. Gimana mau ngasih berita yang berkualitas kalau keakuratannya aja nggak diperhatiin?

Tapi yang paling gw sedih dan kesel adalah tipikal orang yang seenak jidat nyebarin foto korban apalagi kalau kondisinya sangat nggak layak lihat. Biar apa sih? Biar dibilang situ update? Plis deh... liat situasi lah sebelum nyebar-nyebarin foto itu... Namanya ada kecelakaan, masyarakat juga biasanya udah bersimpati dan ikut mendoakan korban tanpa harus ditambahin foto-foto yang nggak etis.

Yuk lah kita lebih hati-hati kalau nyebarin berita apalagi berita duka. Biasain cek kebenarannya ke orang-orang yang emang bisa dipercaya. Pilih-pilih foto yang mau diupdate, jangan sampe salah foto malah bikin keluarga korban tambah sedih.

Cheers!

<3

3 komentar:

Arif Munandar mengatakan...

Wah bener banget mbak. Jangan sampai kecepatan update mengesampingkan fakta apalagi sampai merugikan orang lain.

Akhir-akhir ini banyak beginian soalnya.

Unknown mengatakan...

iya makanya... kita sebagai pembaca / penonton malah jadi kesel sendiri kan bacanya. Semoga makin ke sini nanti berita jadi bener lagi deh isinya

Arif Munandar mengatakan...

sip

Posting Komentar