Pages

Jumat, 18 April 2014

Anak Ayam

Suatu hari, seorang anak perempuan menemukan seekor anak ayam di halaman rumahnya. Aneh, karena keluarganya tidak pernah memelihara hewan itu. Anak ayam itu pun terlihat kebingungan dan berjalan seorang diri, tidak ada induk maupun saudara-saudaranya.

Merasa iba, sang anak perempuan memutuskan memeliharanya. Memberinya makan, membersihkan tubuhnya, dan membiarkannya berjalan-jalan di halaman. Sesekali mereka bermain kejar-kejaran; anak perempuan yang mengejar dan menangkap anak ayam, bukan sebaliknya.

Kebaikan sang anak perempuan membuat anak ayam merasa nyaman. Meski tidak tahu siapa induknya atau saudara-saudaranya, ia memutuskan tidak pernah meninggalkan anak perempuan itu. Meski sang anak perempuan tidak pernah menutup halaman rumahnya atau mengurungnya di kandang, anak ayam itu tahu diri. Ia tidak pernah berjalan ke luar rumah sang anak perempuan.

Anak ayam itu sampai menghafal kebiasaan sang anak perempuan. Setiap pagi ia bangun sebelum matahari terbit. Merapikan kamar, bersiap ke sekolah. Sarapan, lalu berangkat bersama sahabatnya yang hanya berjarak dua rumah dari rumah sang anak perempuan. Ketika matahari rasanya tepat di atas kepala, sang anak perempuan pulang. Makan siang, terkadang di halaman rumah agar bisa melihat anak ayam bermain.

Mereka tumbuh bersama. Sampai tanpa terasa, anak ayam sudah menjadi ayam yang layak untuk dikonsumsi. Namun anak perempuan itu terlalu menyayanginya. Ia memutuskan tidak akan pernah memotong hewan yang ditemukannya tanpa sengaja itu. Meskipun ayam itu adalah hewan terakhir yang bisa dimakan.

Namun, anak ayam tetaplah anak ayam. Nalurinya muncul seiring dagingnya yang bertambah banyak. Merasa lebih kuat, anak ayam itu mulai mencoba berjalan ke luar halaman rumah. Sang anak perempuan masih tidak melarang atau mengurungnya. Ia hanya beberapa kali mengamankan ayam itu ketika jalanan di depan rumahnya terlalu ramai. Ia hanya tidak ingin ayam itu mati konyol karena tertabrak atau diambil seseorang.

Hingga suatu hari, anak ayam itu berjalan ke luar halaman rumah. Tanpa disadari, semakin jauh. Tidak pernah menoleh ke belakang. Beberapa kali nyaris tertabrak pengendara motor. Sampai ia bertemu sesuatu yang menyerupai dirinya. Seekor ayam muda, menawan hatinya. Anak ayam itu sudah lupa pada anak perempuan yang merawatnya. Tanpa berpamitan, ia pergi, meninggalkan sang anak perempuan yang kebingungan dan mengkhawatirkannya. Ia tidak tahu, anak ayamnya mungkin tidak pernah kembali. Sampai akhirnya ia tidak mau peduli lagi, kalaupun suatu hari anak ayam itu muncul lagi.

2 komentar:

Adib K mengatakan...

keren crita anak ayamnya,Tidak pernah menoleh ke belakang

Unknown mengatakan...

Hmm bukannya sebaiknya liat ke belakang ke yang udah ngasih makan ya? hehehe. But, thank you anyway ;)

Posting Komentar