Pages

Minggu, 25 Mei 2014

Tentang Jodoh

Setelah baca buku Dilan, gw jadi makin ngefans sama Pidi Baiq. Suka sama pemikirannya sih, yang kadang nyeleneh tapi nggak bikin gerah. Yang kalo jawab pertanyaan-pertanyaan di twitter suka asal tapi nggak bikin pengen unfollow hehe.

Gw pernah baca buku lainnya yang Drunken Monster. Eh atau yang mana ya, lupa. Tuh kan nggak inget, karena nggak terlalu ngefans sebenernya. Bukunya minjem ke temen itu juga. Kesan setelah bacanya? Lucu. Udah, itu aja. Bahkan udah lupa isinya kayak gimana hahaha.

Yang juga bikin betah nongkrong di timelinenya Pidi Baiq adalah saat Surayah membuka #pidibaiqbirjod . Buat yang belum tau, ini adalah ajang pencarian jodoh di antara sesama followers Pidi Baiq. Syaratnya, yang promoin harus diri sendiri. Nggak boleh promoin atau dipromoin orang. Harus super pede dan muka tembok banget emang :))). Dan kadang orang yang ikutan cuma sekedar pengen eksis kali ya karena dia nggak nulis 'visi misi'nya ikutan #pidibaiqbirjod.

Gw pernah dua kali diretweet Surayah tentang #pidibaiqbirjod ini. Yang pertama mempromosikan diri sebagai anak pramuka dan nyari calon pacar yang bisa cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. Responnya rame beneer! Sampe ada yang ngemention pake huruf morse segala. Mana gw udah lupa kan hahahhahaha. Yang kedua kemaren, mempromosikan diri sebagai anak tambang. Kok ini malah lebih sepi ya?

Terlepas dari itu semua, setelah nutup lapak #pidibaiqbirjod nya kemarin Surayah bikin satu kultiwit keren tentang 'jodoh'. Kayaknya ini bahan buku berikutnya sih yang Terra Erau itu. Supaya nggak lupa, gw tulis di sini ya kultwitnya:

1. Selalu ada satu org khusus yg akan mndngarmu, dg siapa kamu dpt bicara ttg hampir segalanya. Mnjadi org yg mmahamimu ketika engkau butuh

2. Dia adlh yg dtg kpdmu, bukan untuk bicara soal cinta ttapi untuk mnghadirkan dirinya yg pandai mmbuat dirimu senang, mmbuat dirimu tenang


3. Dia mendengar prasaanmu bhkn tanpa perlu kau ungkap melalui kata2. Ketika dia mmbuat dirimu tenang, kau mengerti untuk apa dia bersamamu


4. Dia adalah orangnya yg akan merisaukan dirimu ketika jauh, di hari yang hujan dan penuh petir


5. Kemudian dengannya kamu tersenyum, kamu ketawa, bahwa pd orang yg kau cintai, tak akan pernah peduli dengan apapun yg kau takutkan


6. Berkata dia: "Jk aku mencintaimu, sbg benar-benar mencintaimu, sesibuk apa pun diriku, selalu akan berusaha meluangkan waktu untukmu"


7. Pelajaran mndapat hikmat kasih sayang, dtg darinya, dan engkau tdk usah mencarinya krn dia selalu ada waktu untuk bersama dengan dirimu


8. Pikiran atas kasih sayang yang dia berikan kepadamu, menjadi dasar di atas semua sikap dan perilakunya kepadamu.


9. Bahkan jika dia harus mengatakan "aku mencintaimu", kamu merasa tidak perlu lagi untuk memeriksa kesungguhannya


10. Kamu hanya memiliki keyakinanmu sendiri bahwa kamu mencintainya dan itu serius.


11. Adakalanya kmu marah kpd nya, ttapi dia brkata: "Aku mncintaimu, biarlah, ini urusanku. Bagaimana kamu kepadaku, terserah, itu urusanmu"


12. Engkau trsnyum, dan ktika tidur kau ingat apa yg dikatakannya: Jk aku sdh Sayang. Tak akan prnh brakhir, bahkan ktika kamu ingin brhenti


13. Maka itulah yang akan kau rasakan bersama dengannya jika benar ia ada. Mengatakannya dalam gelombang kekuasaan logika dan perasaan


14. Berterimakasihlah kpd dirimu sndiri yg sdh bisa mmbuat dia menyayangi dirimu dan katakanlah: "Yang melibatkan diriku, engkaulah ahlinya"


15. Asmara itu menggelora, dan kamu ingin bersamanya karena kamu tahu dengan siapa kamu bisa tenang.


Udah meleleh belum? Kalo setelah posting ini tiba-tiba ada orang kayak gitu yang muncul.. aaah aku bahagia pastiiii~

<3



Jumat, 23 Mei 2014

Ayo Semangat, Tambang Indonesia!

Belakangan ini, timeline mulai rame sama timses para capres. Sejujurnya gw suntuk, tapi gimanapun Twitter suka ngasih inspirasi buat nyekripsi. Mau di-mute-in aja akun-akun yang ngomongin politik boleh nggak sih?

Sebagai anak tambang, gw lebih suka mengamati berita-berita tentang industri pertambangan saat ini. Apalagi isu dividen, ekspor mineral, dan semacamnya mulai rame lagi diangkat. Selalu jadi pro kontra sih kayaknya. Dan itu lebih ke pro kontra pengelolaan perusahaan tambangnya.

Banyak yang suka bilang, perusahaan tambang asing kayak Freeport di Papua dan Newmont di Nusa Tenggara baiknya dikelola sendiri aja. Dikelola Indonesia sepenuhnya, maksudnya. Supaya Indonesia makmur lah, warga sekitarnya sejahtera lah, dan 'sisi positif' lainnya. Kenapa sisi positifnya gw kasih kutip? Karena kenyataannya, kalaupun dua tambang raksasa itu beneran diambil alih dan dikelola Indonesia, belum tentu bisa 'menyejahterakan bangsa dan negara'.

Gw bukannya pesimis, hanya mencoba realistis. Gini deh, kalau pengen tambang-tambang itu dikelola Indonesia, apakah negara kita sudah punya persiapan matang? Sumber daya manusia dan teknologi misalnya. Apakah negara kita bisa menghargai SDM-SDM yang memang berkualitas karena gw sering baca banyak orang hebat yang akhirnya memilih tinggal di luar negeri karena merasa kurang dianggap sama negeri sendiri. Sedih. Mengelola perusahaan tambang itu nggak gampang loh... 

Salah satu masalah di industri tambang yang masih ramai dibicarain saat ini adalah tentang larangan ekspor mineral. Ini udah dari awal tahun sih sebenernya, tapi kayaknya orang-orang masih kurang ngeh sama dampaknya yang ternyata nggak sesimpel dugaan. 

Sejauh ini kalo gw ngobrol singkat sama Papa, Freeport di Papua masih aman. Nggak ada isu PHK besar-besaran (amit-amit jangan sampe!) dan kegiatannya masih bisa berjalan. Cuma ya itu, karena ada larangan ekspor, produksinya jadi rada numpuk karena nggak dijual. Perusahaan nggak dapet penghasilan, negara nggak dapet pemasukan.

Lebih sedihnya lagi pas denger kabar Newmont mau merumahkan sekitar 80% karyawannya. Tau segede apa Newmont dan berapa banyak perusahaannya? Kebayang nggak bakal sebanyak apa pengangguran baru kalau itu beneran terjadi?


Kalo diperlebar, dampak adanya kebijakan ekspor ini juga bakal ngaruh ke kehidupan sosial ekonomi orang-orang yang hidup atau berhubungan dengan industri tambang secara nggak langsung. Bukan karyawan. Lebih ke misalnya pemasok makanan buat karyawan tambang dan jasa transportasi di lingkungan sekitar industri tambang itu. Atau para penerima beasiswa dari perusahaan itu yang menunggu kejelasan nasibnya juga.

Salah satu bukti nyata misalnya ditwit sama Mas @ekobudiwa kemarin tentang kondisi sekitar pasar Maluk deketnya Newmont yang sekarang jadi sepi pembeli. Pada ke mana? Ya karena para pembelinya juga harus mengencangkan ikat pinggang atau bahkan meninggalkan kawasan sekitar situ. Balik ke kampung halamannya mungkin kalau para perantau. Kalau ngeliat kondisi ini, masih yakin kebijakan ekspor mineral ini memang 'bijak'? Kalau perusahaan sebesar Newmont tutup, apa kabar perusahaan-perusahaan tambang yang kecil?




Gw nggak punya kenalan di Newmont, tapi sangat berharap perusahaan ini nggak tutup dan nggak merumahkan karyawannya secara besar-besaran. Ayo dong pemerintah, bikin kebijakannya mempertimbangkan banyak pihak. Yang lebih banyak kebaikannya daripada kerugiannya. 

Nggak papa kok tambang kita dikelola pihak luar sepanjang nggak sangat merugikan negara. Toh selama ini mereka juga udah berkontribusi buat negeri ini. Malah dari segi laporan keuangan dan bayar pajak gitu-gitunya, perusahaan asing suka lebih transparan dibandingkan perusahaan dalam negeri. Sorry to say ya. Kalo ngomongin dampak sih, namanya perusahaan pasti juga punya dampak terutama ke lingkungan. Seenggaknya mereka udah melakukan aksi-aksi nyata buat meminimalisir dampaknya.

Yakin kok pertambangan Indonesia bisa tetep berjalan dan lebih maju, siapapun yang mengelolanya. Salam tambang! 

<3

*screen capture & gambar diambil dari akun @Ekobudiwa :)

Selasa, 20 Mei 2014

Dilan: Karena Beda Itu Keren!

Buat yang ngikutin timelinenya Surayah @pidibaiq , pasti tau kalau beliau baru mengeluarkan novel remaja berjudul "Dilan". Ini bercerita tentang sosok anak SMA dari sudut pandang pacar (atau friendzone-an? :p)nya, Milea.

Dilan digambarkan sebagai sosok yang unik. Populer bukan karena dia anak basket, anak band, ketua OSIS atau ala ala gambaran 'cowok keren' pada umumnya. Dia punya cara sendiri untuk membuat orang menyukainya. Ngasih hadiah ulang tahun buku TTS yang udah diisi semua, nitipin cokelat lewat tukang koran, dan hal-hal simpel lain yang nggak kepikiran tapi bisa bikin meleleh.

Sebenernya cerita ini udah lebih dulu ditulis Pidi Baiq di blognya. Nggak sampai tamat, tapi ternyata lebih dari 50% isi buku Dilannya *spoiler alert*. Gw juga suka ngikutin dan nggak sabar nunggu kelanjutannya sampai ternyata akhirnya buku itu keluar. Nggak rugi kok beli walau udah tau sebagian besar jalan ceritanya hehehe.

Salah satu yang gw suka dari buku ini adalah gaya nulisnya. Apa adanya. Kayak nggak beraturan tapi tetep enak dibaca. Banyak dialog singkat, bikin ngebayangin seolah kita yang baca jadi Milea dan kesel tapi sayang gimanaaaa gitu sama Dilan.

Plus, diselipin beberapa ilustrasi! Kalau di blog kan cuma tulisan aja nggak ada gambarnya hihi. Salah satu gambar yang gw inget adalah waktu Milea ngobatin Dilan yang abis berantem di sekolah. Berantem gara-gara ada yang ngusilin Milea itu juga. Jadi ngebayangin, gimana ya rasanya jadi Milea, dicintai dan diperhatiin Dilan sampai segitunya...


Yup, di twitter juga kadang rame komentar dari cewe-cewe yang 'pengen punya pacar kayak Dilan'. Kalo nggak salah surayahnya pernah nanggepin, 'berarti harus jadi kayak Milea'. Nah ini yang rada susahnya. Sosok Mileanya nggak terlalu digambarin kuat karakternya. Dia juga bukan tipe cewek populer tapi cukup banyak yang seneng. Sekalinya punya pacar, belagu dan superprotektif. Sekalinya ada yang ngedeketin juga selain Dilan, orangnya cemburuan. Hahaha ribeet!

Walau kata orang buku Dilan ini biasa aja, buat gw tetep 'luar biasa'. Menghibur sekaligus bikin terharu dalam satu waktu. Nggak percaya? Coba aja baca.

<3






Jumat, 09 Mei 2014

Kebijakan Minerba Amatiran

Setuju nggak kalo gw bilang "Kebijakan larangan ekspor mentah akan merugikan perekonomian nasional dan gagal di masa depan"? Oke, kebijakan ini sekilas terlihat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tapi coba deh liat, usaha pengolahan dan pemurnian (smelter) dalam negerinya sendiri nggak ada kepastian hukum. Nggak maksimal. Padahal Indonesia masih menjanjikan banget buat investasi pertambangan, secara negeri ini punya cadangan mineral terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Memang, larangan ekspor mineral mentah ini diharapkan membuka kesempatan untuk membangun industri pengolahan dan pemurnian hasil tambang alias industri smelter di dalam negeri sebelum SDAnya diekspor. Smelter ini sendiri diharapkan bisa membuka lapangan kerja baru (tapi Jawa lagi, Jawa lagi. Sempit), meningkatkan perolehan nilai tambah, juga menambah penerimaan pajak dan devisa negara. Merdeka!

Menurut salah satu ahli perekonomian Indonesia, Anwar Ibrahim, kebijakan di sektor minerba ini justru punya beberapa kelemahan. Ini gw bikin poin-poinnya:

1. Aturan buatan menteri ESDM ini menyamaratakan seluruh jenis hasil tambang. Padahal, struktur dan persaingan pasar tiap minerba ini berbeda satu sama lain.

2. Modal untuk membuat smelter sangat besar karena perlu pembangunan infrastruktur pendukung seperti pelabuhan laut, jalan raya, dan telekomunikasi. Pengoperasiannya yang menggunakan teknologi canggih memerlukan segelintir teknisi berpendidikan tinggi yang belum tentu dimiliki negara ini.

Di lain pihak, nilai tambah hasil pengolahan smelter ini sangat sedikit, bahkan bisa negatif. Padahal investasi yang diperlukan untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan adalah industri padat karya yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak.

source: cumilebay.com

source: jpnn.com


3. Perubahan kebijakan mendadak. Di sini yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Keuangan No 6/PMK011/2014 11 Januari lalu yang menggantikan larangan ekspor minerba dengan pengenaan Bea Keluar (BK) dengan tarif progresif dari 20% pada 2014 menjadi 60% pada paruh kedua 2016.

Dari perubahan kebijakan yang mendadak ini, kita bisa ngeliat bahwa belum adanya pemikiran matang tentang pembuatan strategi di sektor pertambangan. Padahal sektor ini penting juga kan peranannya buat perekonomian Indonesia. Ketidakpastian peraturan dan kebijakan ekonomi berakibat sama ketidakpastian usaha dalam industri pertambangan juga.

4. Peraturan Menteri Keuangan (di poin no 3 tadi) membagi mineral dalam dua kategori. Pertama, bijih besi, mangan, lead, dan zinc. Emenite dan Titanium yang boleh diekspor setelah 12 Januari 2014 harus dalam bentuk konsentrat. Kedua, nikel, bauksit, timah, emas, perak, chromium dan beberapa hasil tambang lainnya baru boleh diekspor setelah memenuhi tingkat pengolahan tertentu yang ditetapkan pemerintah.

Peraturan ini memberi tenggang waktu sampai dua tahun (2016) untuk mendirikan smelter. Padahal, pembangunan smelter memerlukan waktu minimal lima tahun termasuk juga pembangunan infrastrukturnya. Dikata Sangkuriang kali, bisa bikin smelter cepet...

5. Potensi muncul masalah politik, apalagi kalau investor buat membangun smelter tambahan ini dari Rusia dan RRT, dua saingannya AS. Berdasarkan aturan yang dibuat pemerintah, perusahaan smelter milik Rusia dan RRT ini akan membeli bijih tambang (ore) dari perusahaan penambangan AS dengan harga lebih rendah dibandingkan harga pasar dunia.

Saat ini, sekitar 97% bijih nikel di Indonesia diproduksi Freeport dan Newmont, punyanya AS. Kapasitas pabrik smelter yang ada baru mampu mengolah sekitar 600.000 ton atau sekitar 15% dari ketetapan pemerintah. Di lain pihak, kalau nggak ada tambahan kapasitas pengolahan setelah 2016, berbagai perusahaan pertambangan termasuk Freeport, Newmont, dan Vale bakal terpaksa mengurangi kegiatannya.

6. UU No 4 tahun 2009 (UU Minerba), Kepmen ESDM, dan Kepmenkeu yang bersifat serba negara bertolak belakang dengan sistem pasar dan perdagangan bebas yang ingin dicapai oleh Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) maupun RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) dan TPP (Trans-Pacific Partnership).

7. Timing pengenalan kebijakan hilirisasi minerba udah terlambat karena boom komoditas primer sudah usai sejak akhir 2011, sebelum Permen ESDM No 7/2012 diterbitkan. Penurunan harga minerba telah menurunkan penerimaan perusahaan pertambangan.

Di sisi lain, beban pembayaran bunga pinjaman makin meningkat terutama bagi mereka yang mengandalkan pinjaman dari bank-bank asing dalam mata uang asing. Peningkatan beban utang berkaitan dengan mulai meningkatnya tingkat suku bunga internasional sehubungan dengan pengurangan secara bertahap suntikan likuiditas pada perekonomian oleh bank-bank sentral negara-negara maju di AS, Uni Eropa, dan Jepang. Beban bunga dalam rupiah juga makin besar karena ada erosi nilai tukar rupiah terhadap valuta asing.

Source: http://www.starbrainindonesia.com/berita/media/33702/5/kebijakan-minerba-amatiran

Selasa, 06 Mei 2014

Main Engklek

Ada yang suka main engklek nggak dulu waktu kecil? Itu loh, permainan ngelompatin kotak-kotak atau bentuk lainnya yang digambar di atas tanah dan nggak boleh kena garisnya. Juga nggak boleh ngelewatin kotak yang ada isinya.


Jaman SD, gw suka banget main ini. Nggak di sekolah, nggak di rumah, kapanpun ada temen cewek pasti ngajaknya main ini. Seru aja gitu, main lompat-lompatan. Sehat juga kan hehehe *cari alesan*

Suatu waktu, gw pernah luka parah setelah main ini. Gara-garanya, gw kebetulan harus langsung lompat ke baris keempat (yang ada dua kotak itu) karena di kotak satu sampe tiga ada isinya (yang titik item itu). Dengan panjang kaki yang masih ala kadarnya dan kemampuan lompat jauh yang sangat minim, gw kepleset. Tapi jatuhnya ke depan gitu. Eh ya rada parah deh pokoknya sampe lutut gw luka.

Pas masih di sekolah, gw baik-baik aja. Masih tawa-tawa nahan sakit. Begitu nyampe rumah dan nyokap rada histeris liat lutut (dan baju gw yg kotor), barulah rasa sakitnya kayak dobel-dobel. Perih men! Dan nangislah gw hahahhaa.

Sambil masih nangis, luka gw dibersihin dan diobatin. Asli, perih banget. Sekilas sempet mikir, nggak lagi-lagi deh main kayak gitu. Mau jadi apa ntar kalo udah gede punya lutut luka bekas main engklek? Akhirnya lutut gw diperban biar lukanya nggak kena kotor dan jalan jadi sedikit pincang. Plus diingetin nyokap berkali-kali, "nggak usah main engklek dulu."

Besoknya, yaa satu dua hari kemudian deh, luka gw udah rada kering. Jalan udah nggak sakit dan terlalu pincang lagi, tapi lutut masih diperban. Jam istirahat, gw cuma bisa nontonin temen-temen main engklek. Nggak rame jadi penonton doang!

Maka gw berdiri. Ikutan main. Kebetulan 'tingkat kesulitan'nya rendah, maksud gw cuma maksimal ada dua kotak yg keisi jadi masih bisa gw lewatin. Dengan lutut masih diperban dan kepedean yang tinggi, mainlah gw. Lompatan pertama, aman. Kedua, aman. Sampe di titik teratas (yang lingkaran), aman. Yeah! Gw udah sehat dan bisa main engklek lagi!

Tapi emang dasar ya, kalo nggak nurut sama orang tua tuh suka adaaaa aja kejadian. Entah gimana pas setelah di lingkaran itu dan gw mau lompat balik, gw jatuh. Jatuhnya biasa aja sih, nggak seekstrim sebelumnya. TAPI LUKANYA JADI KEBUKA LAGI. Dan itu perihnyaaaa.... Mamaaaaa T______T

Kali kedua ini gw udah nggak malu-malu lagi nangis. Lebih tepatnya nangisin diri sendiri yang ngeyel nggak nurut sama ortu jadinya sakit sendiri. Dan nurut, puasa main engklek selama beberapa hari sampai lukanya bener-bener sembuh.

Setelah luka sembuh, apakah gw jadi kapok main engklek?

Nggak tuh. Karena emang dasarnya gw suka. Jatuh sekali dua kali nggak mengurangi minat gw sama mainan yang satu ini. Dan, iya sih permainan ini nggak ada kejuaraannya ato semacamnya. Tapi seneng aja gw setiap kali maininnya, apalagi kalo berhasil jadi pemenang.

Bukan berapa kali jatuhnya, yang penting seberapa kuat bangkit lagi setelah jatuhnya kan :)