Pages

Kamis, 09 Januari 2014

Kontribusi Freeport untuk Indonesia

Hari ini di sebuah surat kabar nasional, ada satu halaman yang memuat iklan tentang Freeport Indonesia. Intinya di iklan itu disebutin, Freeport udah berkontribusi buat Indonesia, Papua, dan khususnya Kabupaten Mimika. Waktu buka Twitter, ada beberapa orang yang nanggepin iklan ini: Kok kontribusi buat Indonesianya kecil?

Pertanyaan semacam itu pernah gw tanyain juga ke Bokap. Karena waktu itu daya berpikir gw masih rada lambat nangkep (harap maklum :p), Bokap menjelaskannya pakai perbandingan.

"Kenapa kontribusi Freeport buat Indonesia kecil? Gini deh... coba kamu lihat, perbandingan kontribusinya buat Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, dan negara. Paling besar yang mana?"

"Yang buat Mimika," jawab gw, masih nggak ngerti.

"Sekarang nih, misalnya hari ini kamu ulang tahun. Papa ngasih kamu uang buat nraktir temen-temen cuma buat satu hari ini. Yang mana yang bakal kamu ajak traktir duluan? Temen-temen segeng kamu, temen sefakultas, atau temen seuniversitas?"

"Temen segeng dong! Secara, yang paling deket kan Pa..."

"Nah itu. Logikanya gitu. Yang paling deket yang diutamain kan?" kata Bokap. Gw manggut-manggut, mulai ngerti.

"Sederhananya, seseorang pasti bakal mengutamakan sesuatu buat yang deket sama dia. Seorang bupati misalnya, pasti dia bakal lebih memikirkan gimana caranya memajukan kota yang dia pimpin daripada ngurusin masalah yang ada di pemprov apalagi di pemerintah pusat. Atau orang-orang yang menuntut ilmu ke luar negeri. Setelah selesai, yang ada di pikirannya umumnya kan prioritas buat ngebangun daerahnya dulu, ngebangun tanah kelahirannya. Setuju?"

"Iya juga ya...Tapi, hubungannya sama Freeport apa?"

"Freeport juga gitu, Sayang...," jawab Bokap. Kalau soal ngasih penjelasan, dia sabarnya luar biasa banget deh :').

"Puluhan tahun Freeport menjalankan penambangan di Papua, tepatnya Mimika, maka udah seharusnya dua daerah itu yang menjadi prioritas mereka untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Menjadi fokus kontribusi Freeport. Kalau kontribusi ke Indonesia, Papa rasa dengan mereka membayar pajak dan menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya sesuai kontrak mereka ke Pemerintah itu aja udah menunjukkan bahwa Freeport adalah perusahaan yang taat aturan."



See? Udah dapet jawabannya kenapa kontribusi ke Indonesianya sekilas terlihat kecil? Iya, sekilas, karena sebenernya keberadaan mereka udah membawa kemajuan buat masyarakat Papua khususnya Mimika, sebuah bagian dari negara Indonesia yang selama ini kurang mendapat sentuhan dan perhatian dari pemerintah pusat :)

Kalau dilihat lebih dekat, PTFI (PT Freeport Indonesia) sesungguhnya udah ngasih banyak kontribusi positif buat Indonesia. Misalnya aja dari jumlah pekerja. Kata Bokap, keberadaan PTFI ini udah membantu banget menurunkan angka pengangguran. 30% karyawan mereka berasal dari Papua. Cuma 2% aja loh orang asingnya. Sisanya? Berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Tuh, besar banget kan kesempatan orang Indonesianya sendiri buat gabung di PTFI? *siapin CV*

Maka itu, dear Pemerintah, jangan bikin UU yang aneh-aneh deh. Yang 'katanya' buat menambah pemasukan dalam negeri tapi kalau dilaksanain malah mengobankan banyak anak negeri karena PHK. Nambah pemasukan dalam negeri apa kantong sendiri? Lalalalala~

Selain perbandingan jumlahnya yang banyak. karyawan PTFI yang berasal dari Indonesia khususnya Papua ini memegang fungsi strategis. Lima orang menjabat sebagai Vice President, sekitar 70an orangnya memegang jabatan di tingkat manajerial. Tentunya posisi ini memberi peluang besar untuk membuat kebijakan yang menguntungkan Papua dan Indonesia kan? :)



Buat yang belum tau, PTFI membangun Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN) di Papua. Udah dari 2003. IPN ini memberikan kesempatan buat para pelajarnya untuk mengembangkan diri bidang operasional tambang. Ada program magangnya 3 tahum dengan 4 bulan belajar off job dan 8 bulan belajar on job. Mayoritas pelajarnya adalah mahasiswa dari Papua, hampir 90% kata Bokap. Dan sebagian besar dari mereka tentunya udah bekerja di PTFI, sebagai karyawan maupun kontraktor. Sesungguhnya kalau gagal tembus SNMPTN dulu, gw pengen apply ke sini deh hehehe.

Tentang isu smelter, PTFI juga sebenernya udah membangun PT Smelting, smelter tembaga pertama di indonesia. Berdiri sejak 1996, PTFI memasok rata-rata 80% dari kebutuhan konsentrat PT Smelting. Sekali lagi, ini nunjukkin bahwa PTFI adalah perusahaan yang sudah mematuhi aturan, salah satunya ketentuan dalam UU Minerba.

Di bidang lainnya misalnya lingkungan, PTFI juga udah banyak memberikan kontribusi misalnya reklamasi dan pengelolaan sirsat. Hasil kajian lingkungan menunjukkan, tailing di PTFI ini bisa direvegetasi dan ditanam ulang dengan aneka tanaman lokal. Hasilnya juga bisa dimakan loh. Lebih jauh tentang kontribusi di lingkungan ini bakal gw tulis di lain postingan.




Semoga tulisan kali ini bisa lebih membuka wawasan tentang betapa besarnya kontribusi Freeport buat Indonesia. Secara persentase, pemberiannya memang jauh lebih besar untuk Kabupaten Mimika dan Papua selaku daerah operasionalnya mereka. Tapi, mereka juga kan tetap berkontribusi positif untuk Indonesia. So, jangan gampang ngejudge dulu ya kalau nggak tau faktanya.

Have a great rainy day!

<3


Senin, 06 Januari 2014

He's Just Not That Into You

10. Kalau dia mulai suka ngelak diajak jalan atau nonton sama elo, tapi kalau sama temennya mau. Misal: nggak mau diajak makan seafood dengan alasan kolesterol blablabla, tapi pas diajakin temennya paling semangat mesen (dan ngabisin, tentunya)

9. Kalau bercandanya mulai garing, bahkan nggak lucu. Misal: pas lagi jalan bareng tiba-tiba dia nyeletuk ke elo, "iih jomblo yaa~". Ini pertanda, girls!

8. Kalau dia mulai jarang ngabarin lagi di mana - ngapain - sama siapa. Bukan berarti dalam setiap hubungan pacaran ada 'wajib lapor' gitu sih, tapi kan kalau gitu kesannya dia kayak yang menghindar. Ya nggak sih?

7. Kalau dia mulai rajin cerita tentang temen-temennya, apalagi setelah ngelakuin keseruan sama mereka. Apalagi kalau dalam ceritanya ada tokoh cewek. Bukan berarti gw curigaan ya, cuma gw sih nggak percaya cowok-cewek bisa 'cuma temenan' terlalu deket. Apalagi kalau cewek itu pernah ngomong ke cowok elo "Mau nggak 'jalan' ama gw?" meskipun dalam konteks bercanda (katanya).

6. Kalau pas lagi jalan sama lo, dia mulai lebih asyik sama gadgetnya. Hell-o, di sebelah elo ada orang. Kalau emang deadline tugas kelompoknya mepet, kenapa (sok-sokan) ngajak jalan tapi fokusnya ke smartphone mulu?

5. Kalau dia mulai rajin cerita betapa sibuknya hidupnya sampai mulai berkurang buat ngasih kabar, sementara di Twitternya berkicau mulu. Oh, kalo ngetwit kan nggak nyampe semenit ya. Oh.

4. Kalau dia mulai jarang nanggepin mentionan lo, atau apapun interaksi kalian di socmed. Kenapa? Nggak mau ketauan punya pacar? Juga kalau mulai jarang mempedulikan elo di dunia nyata. Ngerti lah ya contohnya?

3. Kalau dia mulai merasa semua hal manis yang pernah dia lakukan ke elo dulu itu 'nothing'.

2. Kalau dia nggak respek sama pencapaian yang elo lakukan. Misalnya ketika elo dapet nilai UAS tertinggi di kelas dan semua temen ngasih selamat, dia nanggepinnya dengan dingin. Atau malah nggak ditanggepin. Atau ditanggepinnya sinis meskipun dalam konteks bercanda (katanya).

1. Kalau elo juga udah nggak mau peduli lagi sama dia.

Ada yang mau nambahin? Gue mau karaokean Use Somebody dulu ya *ambil gitar*. YOU KNOW THAT I COULD USE SOMEBODY~

Minggu, 05 Januari 2014

If You (N)ever Come Back

Sampai sekarang, kadang gw suka bertanya, kenapa ya seseorang dihadirkan dalam hidup kita?

Pada dasarnya, gw adalah orang yang tau apa yang gw mau dan bakal mengejarnya. Gw suka dunia tambang, maka gw akan mempelajarinya sampai kelak bisa terjun langsung ke dalamnya. Syukur-syukur bisa ngikutin jejak Papa kerja di perusahan tempatnya mengembangkan diri sekarang.

Di sisi lain, gw juga suka nulis. Sempet bercita-cita suatu saat pengen nulis di koran nasional, tapi setelah dipikir-pikir kayaknya itu malah bisa menghilangkan rasa suka gw sama nulis. Gw ingin nulis karena suka, bukan terpaksa. Kalau kemudian tulisan gw sering bertema tentang tambang, itu salah satu usaha menggabungkan keduanya.

Gitu juga kalau gw suka sama seseorang. Tapi untuk hal yang satu ini, rasa sukanya ada dua tingkatan: sekedar suka untuk berteman, atau suka dan berharap bisa lebih dari sekedar temen. Gw juga bukan tipe orang yang bangga punya banyak mantan karena bagi gw kualitas lebih penting daripada kuantitas. Buat apa ngejalanin hubungan, bilang komitmen segala macem, kalau sebenernya lo cuma mau senengnya doang?

Maka ketika ada seseorang yang gw harapkan bisa lebih dari sekedar temenan, gw pasti akan mempertahankan rasa itu. Kecuali kalau emang kondisinya udah nggak memungkinkan lagi, misalnya dia udah punya cewek atau dia lebih suka cowok. Gw pasti bakal menghormati keputusannya. Walau pait.

Balik lagi ke pertanyaan pertama. Kenapa seseorang dihadirkan dalam hidup kita? Entah itu sebagai temen sekolah, temen kampus, tetangga, temen les, kenalan sesaat, atau mungkin pernah jadi orang yang spesial. Mungkin mereka hadir untuk memudahkan hidup kita. Untuk membahagiakan kita. Atau malah memberi kita 'pelajaran' buat jadi orang yang lebih baik lagi. Mungkin juga sekedar 'numpang lewat'? Hmm.. nggak tau deh...

Sejujurnya, gw selalu berharap, kalau udah mengikhlaskan seseorang 'pergi' dari kehidupan gw, dia nggak akan balik lagi. Nggak perlu balik lagi tepatnya. Biarlah gw menjalani hidup sekarang, lebih tenang, lebih bahagia. Biarlah luka yang udah pernah ada kering dan hilang dengan sendirinya. Bukannya belum sembuh dan malah dibikin tambah parah.

Jadi sebenernya, elo nggak usah report-repot balik lagi. Nggak usah buang waktu ketemuan ama gw, cerita panjang lebar tentang aku-mutusin-cewe-yang-kemaren-karena-nggak-mau-kehilangan-temen-kayak-kamu. Kalau pada akhirnya, elo kayak kesambet sesuatu pas ngebaik-baikin gw.